Tuesday, September 09, 2008

Same Shirt

















Photo Kiri: Daffa, Sang Kakak, tahun 2004. Umur kira2 1,5 tahun tapi blom bisa jalan. senengnya maen sepeda roda tiga, plus ngebut kalo ngerangkak.
Photo Kanan: Ozza, Sang Adik, tahun 2008. Umur baru 10 bulan. Blom bisa jalan juga, tapi gak bisa diem. Senengnya maen di tempat tidur sambil tepuk tangan atau maen mobil-mobilan.

Perhatikan kaos yang dipake, itu kaos yang bener2 sama... kaos turunan. Secara gak sengaja, neneknya di bandung bongkar2 tas peninggalan daffa ternyata masih banyak baju yang layak pakai. Akhirnya diturunin ke adeknya, secara menghemat juga....
Yang buat takjub, ternyata baju kakaknya ini pas di adeknya... padahal ada perbedaan umur pas dipake. Daffa pas make umur 1,5 tahun, adeknya cuma 10 bulan.... yg beda di lehernya aja yang agak longgar. tapi panjang baju n tangan cukup di adeknya.
Ya setidaknya kaos ini jadi ukuran perkembangan Ozza dibanding Daffa.

Tuesday, August 26, 2008

Korupsi 500 Perak

Sadar gak kl kita melakukan ini? Bagaimana tanggapannya?

Pagi ini, isengku kumat... selain lagi malas juga, akhirnya milih naek KRL Ekonomi biasa dari sta Bojonggede ke Sudirman. Rencana awal naik KLR 517 arah Kota, turun di Manggarai, nunggu KRL 519 Depok - Tanahabang. Ternyata.., eh ternyata.... penyakit KAI mulai kambuh dengan memberikan 517 satu set lagi. Untungnya pengumuman itu diberikan ketika KRL 515 masuk stasiun Bojonggede. Akhirnya aku pun melompat naek, rencana ganti dengan naik KRL 519 dari stasiun asalnya... Depok Lama. Penuh, pasti... namanya KRL Ekonomi kalau jam kerja pasti penuh.

Turun di Stasiun Sudirman sudah disambut oleh antrian Kopaja P19 dan Metromini S604/640. Seperti biasa, naiklah aku ke P19 yang ngetem itu.... dari situlah, aku mulai berkeliling melihat kebiasaan orang2 di bis tersebut. Ternyata, dari sekian banyak penumpang, sekitar 90%an hanya membayar 2000 perak. Padahal tarifnya 2500, jauh dekat. Entah itu pakaiannya kucel atau rapih, ganteng atau jelek, atau apalah.... seharusnya semua membayar 2500 rupiah. alhamdulillahnya, aku termasuk yang 10% itu.

Kalau yang "berpakaian agak kucel", ya aku maklumi lah... biasanya kalau bukan joki 3in1, biasanya mereka pegawai rendahan lah.... (maaf bukan bermaksud merendahkan, hanya mengemlompokan saja). Tapi ini banyak yang necis, rapih, klimis, mungkin bawa laptop di tasnya, oh ya... hp high end (malah ada yang ber-blackberry). Tapi... tetep hanya memberikan 2000 saja ketika ditagih ongkos. Ada yang turun di Karet, Atmajaya, Polda, Bapindo.... trus mungkin sampai blok M (aku turun di pintu senayan).

Dalam hati aku berpikir, terkadang kita merelakan harga ribuan bahkan ratusan ribu untuk hal-hal yang kita butuhkan, dan bukan merupakan kewajiban kita. Sedangkan pada saat membayar 2500 karena jarak pendek..., kita merasa berat... sehingga "memangkas" menjadi 2000 saja.... Apakah kita tidak sadar sering mengecam para koruptor padahal kita juga korupsi? Coba kita hitung, 500 untuk 1x jalan berarti 1000 per hari (2x jalan untuk PP)... itu kalau cuma satu kali naek bis. Dalam seminggu kita bekerja 5 hari, dan ada 52 minggu... berarti 1000 x 5 x 52 = 260.000 rupiah / tahun. Biarpun kecil tapi coba..... berapa nilainya..... kl ternyata mayoritas penumpang melakukan hal yang sama. Kalau satu bis itu ada 100 orang dalam sehari yang membayar 2000, berarti ada kekurangan pendapatan sebesar 26jt/thn yang dialami oleh supir dan kenek.

Alhamdulillah, karena sering diingatkan istriku juga... aku ya selalu memberi ongkos yang sesuai tarif. Bahkan untuk beberapa angkutan (Ojek, Becak, dsb) tanpa tarif jelas, aku
berusaha melebihkan... ya mudah-mudahan digantikan oleh Yang Maha Kuasa. Ya ini sih terserah kita, banyak alasan mengapa hanya memberikan 2000 bukan 2500. Terkadang aku juga melakukannya kalau bis-nya ngetem terlalu lama (misal lebih dari 15 menit), atau jalan pelan dan sering berhenti.... Selain dari itu sih aku berusaha membayar kewajibanku.....

Wednesday, August 06, 2008

The Story of Life

Dua hari yang lalu, aku dapat berita yang cukup menyedihkan. Salah satu suami sepupuku meninggal dunia karena sakit. Umur baru 38 tahun, dengan 3 orang anak yang masih kecil-kecil semua. paling besar 11 tahun, kedua 5 tahun, yang ketiga 2 tahun... semuanya perempuan. Kabar sakitnya memang sudah lama, mungkin sejak 2 tahun yang lalu... dari tubuhnya yang gemuk sampai kurus kering. Hanya saja sejak 1 bulan yang lalu penyakitnya tambah parah, dan akhirnya... Sang Khalik memanggilnya.

Buat aku menjadi sebuah peringatan, tidak ada yang bisa diduga... mungkin dalam kasus saudaraku ini masih ada tanda-tanda, ya minimal memberikan waktu dia untuk mempersiapkan diri untuk memperbaiki bekalnya di alam yang lain. Tapi buat kita-kita yang "merasa" sehat-sehat saja, hemm...., waktunya kita tidak tahu bahkan kita mungkin lupa bakal dijemput sang malakul maut. Yang tersisa hanyalah kesedihan di keluarga yang kita tinggalkan.

Aku teringat oleh seseorang yang pernah berkata," aku akan bertobat setelah dapat uang banyak...." Masya Alloh, apakah kita yakin bahwa kita masih bisa mengejar harta sebelum maut datang di hadapan kita? Apakah kita yakin bahwa umur kita cukup untuk menapaki dunia ini? Ya mudah-mudahan, perbaikan diri ini untuk mempersiapkan bekal di hari akhir adalah bagian dari tobat yang diterima-Nya. Semoga dikabulkan oleh Alloh SWT....

Monday, June 09, 2008

Bangga Dengan Penghargaan

Kalau kita memenangkan suatu perlombaan, lalu mendapatkan penghargaan memang sangat bangga, apalagi kalau lawan-lawan kita mengakui kehebatan kita. Ya itu suatu hal yang lumrah, atau manusiawi, walaupun bukan hal yang dianjurkan dalam agama Islam....

Tapi kalau kita bertanding, lalu dengan sengaja menjegal kawan kita agar team kita kalah... dan diberikan ucapan selamat oleh lawan karena keberhasilan menjegal kawan kita. Apakah kita bisa berbangga dengan hal ini? Mungkin... akan banyak cacian dan makian dari team kita sendiri dan pendukungnya. Dan konsekuensinya mungkin pelatih akan menarik diri kita dari team, bahkan mungkin saja memecatnya atau tidak mengakuinya. Dan terlebih lagi adalah menyakitkan hati rekan-rekan setim yang pastinya sudah terasa dekat seperti saudara sendiri.

Berawal dari posting seorang kawan di milis, ttg seorang tokoh "Umat Islam Indonesia" yang mendapat penghargaan dari "LSM Yahudi" dan berbangga hati dan takzim menerimanya... sungguh menyakitkan hati, apalagi kalau berita ini sampai dibaca oleh saudara-saudara se-Islam di Palestina sana. Disangkanya, Indonesia tidak punya kepedulian lagi terhadap mereka... atau bahkan yang lebih dashyat adalah saudara-saudara mereka yang beragama Islam di negeri ini sudah tidak peduli nasib mereka bahkan menkhianati mereka..... Ah, naudzubillahi mindzalik.... aku tidak akan meninggalkanmu saudaraku, walaupun aku tidak bisa berjuang dengan kalian di sana.....

Berita2 tentang tokoh tersebut bisa dilihat di sini:
- Situs resmi GP-ANSOR: http://gp-ansor.org/?p=4772
- Salah satu website islam: http://www.swaramuslim.com/more.php?id=5945_0_1_0_m
- Majalah Hidayatullah: http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6786&Itemid=1
Dan banyak lagi kalau anda bertanya kepada mbah google dengan key word "dur swc".

Ya semoga, Alloh mempercepat situasi dimana batas antara yang baik dan buruk jelas terlihat. Semoga Alloh membuka mata setiap muslim agar dapat menjaga hati dan tingkah lakunya, melihat mana yang menjadi pelindung musuh Islam dan mana yang menjadi Pendukung perjuangan Islam....

Wednesday, June 04, 2008

Garis Keras Untuk Aqidah

Gregetan juga liat berita ttg FPI tadi malam, tadinya sih gak mo bahas ini tapi apa daya... pengen juga.

Beberapa hari ini pemberitaan tentang pembubaran FPI, salah satu ormas Islam yang memang cukup keras gerakannya, begitu santer. Hampir setiap media massa memberitakan hal tersebut, apalagi di beberapa media massa menampilkan sebuah foto yang menunjukkan salah seorang tokoh FPI sedang mencekik seorang pemuda. Tapi foto ini kemudian dibantah oleh FPI karena pemuda yang dicekik itu anggota FPI juga, dimana sang tokoh berusaha mengendalikan pemuda itu agar tidak anarkis. Memang FPI sangat keras, ini terlihat dari gerakannya yang sering turun langsung mengobrak-abrik tempat maksiat dimana aparat tidak pernah bisa (atau tidak pernah mau) menghancurkannya. Tapi, setiap tindakan mereka pasti berkordinasi dengan aparat keamanan dahulu, tidak langsung hajar.

Bentrokan FPI dengan AKKBB (entahlah apa kepanjangannya, aku tidak tahu… yang katanya gerakan ini mendukung kebebasan beragama bagi setiap individu di Indonesia) memang sudah terjadi. Dan yang pasti tidak akan terelakkan bila kedua kelompok ini bertemu. AKKBB ini mendukung Ahmadiyah, yang sudah dikategorikan sesat oleh MUI dan sedang menunggu keputusan pemerintah untuk hal ini. Entah kenapa, sampai saat ini pemerintah belum mengeluarkan keputusan itu juga… apalagi yang ditunggu. Kl memang tidak berani melarang Ahmadiyah di Indonesia, ya keluarkan saja surat bahwa Ahmadiyah adalah sebuah agama lain di luar Islam. Hal ini tentu saja akan mengklarifikasi permasalahan yang ada selama ini. MUI tidak akan bisa mengeluarkan sesat karena Ahmadiyah bukan Islam (statusnya seperti agama Kristen, budha, hindu, dll). Dan umat islam pun pastinya tidak akan pernah protes mengatakan Ahmadiyah sesat…. Lah, Ahmadiyah bukan islam kok.

Yang saya heran juga, kenapa banyak tokoh islam yang ikut memperjuangkan Ahmadiyah bukan aliran sesat. Ahmadiyah bukanlah sekedar ormas biasa, seperti halnya Muhammadiyah, NU, Persis, atau beberapa organisasi Islam lainnya. Ahmadiyah mempunyai keyakinan lain, silahkan cari di internet, anda akan menemukan banyak referensi tentang asal muasal Ahmadiyah dan apa statusnya di luar negeri. Pemerintah Arab Saudi telah melarang jamaah Ahmadiyah untuk pergi haji di Mekah dan Madinah. Bila Arab Saudi sudah mengatakan itu, kenapa Indonesia berbeda. Ahmadiyah mempunyai kitab sendiri, ajaran sendiri, dan nabi sendiri (mereka menganggap Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi mereka). Di luar Ahmadiyah menyatakan mereka memang bukan Islam, mereka ajaran tersendiri . Tapi tidak ada seorang tokoh Ahmadiyah di Indonesia yang berani menyatakan mereka bukan Islam, karena begitu kalimat itu keluar dari mulut mereka… saya yakin 80%, hemm… mungkin 90%, pengikut mereka akan keluar dan kembali ke Islam. Mereka beranggapan Ahmadiyah setara dengan NU dan Muhammadiyah. Lagipula lucu sekali, di Islam tidak ada yang namanya masjid berdasarkan jamaah. Siapa saja muslimin dan muslimah berhak masuk masjid manapun. Coba anda perhatikan bila ada seorang muslim yang bukan anggota Ahmadiyah, pasti mereka tidak boleh shalat di sana walaupun itu masjid terdekat.

Kembali ke bentrokan antara AKBB dan FPI, siapa sih AKKBB ini. Kalo mereka memang mendukung kebebasan beragama itu sah-sah saja, karena memang HAM. Tapi kl itu sudah berkaitan dengan aqidah… itu tidak bisa dicampur aduk. Islam pun menghargai kebebasan beragama, lihat saja surat Al Kafirun… di situ jelas dibilang, agamamu ya agamamu… agamaku ya agamaku. Lalu di Al Baqoroh ada juga “Tidak ada paksaan dalam beragama”. Tapi begitu seseorang menyatakan dirinya memeluk Islam, maka seluruh aturan dalam Islam berlaku padanya. Apalagi dalam hal Aqidah, tidak ada toleransi dalam beraqidah. Karena itu, tokoh2 Islam yang masih membela Ahmadiyah harusnya instropeksi diri… apalagi hanya mengejar nama untuk kedudukan nomor satu di negeri ini. Padahal, Alloh telah menghargai mereka lebih dari sekedar itu bila mereka benar2 mau membangun Isam. Hanya karena dunia fana, mereka melupakan dunia lain yang lebih kekal….

Dalam demo AKKBB juga terlihat jelas, banyak peserta demo adalah orang bayaran…. Masyrakat yang memang membutuhkan uang, yang diiming2i sejumlah lembaran rupiah untuk meramaikan demo tersebut. Orang2 yang sebenarnya tidak tahu, dan tidak mau tahu… yang penting buat mereka adalah mereka mendapatkan uang. Apakah mereka mengerti apa tujuan demo itu, saya yakin mereka tidak mengerti. Akhirnya mereka menjadi korban salah paham, dan juga kepengecutan para aktivis AKKBB. Kalo mereka menganggap tindakan mereka benar, pasti sampai mati pun akan mereka pertahankan… tidak kocar-kacir di tengah kerumunan massa yang kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak.

Memang dalam perjuangan Islam selalu ada yang keras dan lembut. Lihatlah bagaimana lembutnya Abu Bakar, tapi lihat juga kerasnya Umar Ibn Khattab. Ingat ketika beliau berteriak lantang ketika Rasulullah SAW memintanya untuk hijrah. Beliau lari ke atas bukit dan berteriak,” Barang siapa yang ingin istrinya menjadi janda, anaknya menjadi yatim, Ibunya kehilangan anak…. Silahkan tunggu aku di balik bukit ini.” Tapi ingat, yang lembut pun bisa menjadi keras apabila berkaitan dengan aqidah. Lihatlah ketika Abu Bakar menyatakan perang terhadap umat muslim yang tidak mau membayar zakat, padahal Umar dan Utsman menghalanginya dengan alasan mereka masih saudara seiman. Jadi itulah Islam, keras di saat diperlukan tetapi lembut dalam menapaki hidup ini karena Islam adalah Rahmatan lil alamiin.

Namun untuk kasus ini, yang membingungkan adalah pihak polisi. Mereka pasti tahu dong kalau bakal ada dua demo di tempat yang sama, apalagi ini saling bertentangan…. Tapi kok gak ada pengamanan. Apakah ini salah satu cara pemerintah mengalihkan issue Harga BBM yang naik? Tapi yang pasti, langkah ini berhasil… pembicaraan tentang penyerangan FPI menjadi menarik, dan melupakan “kesalahan” pemerintah yang telah menaikkan harga BBM. Belum lagi pemberitaan yang memang sudah berat sebelah, bila ada "Islam Garis Kera" (atau apapun istilahnya) pasti dibahas habis-habisan. Tetapi bila yang dirugikan itu umat Islam, hemm.... belum tentu ada pemberitaan.

Ya... semoga para pemimpin kita diberi kesadaran, bahwa memimpin sebuah bangsa itu berat. Bertindak adil memang perlu, bertindak keras itu memang harus dilakukan… tetapi ingat, apabila berkaitan dengan aqidah jangan sampai salah langkah mendapati masukkan dari orang-orang yang tidak mengerti apa itu Islam. Terus berjuang kawan…. Kalian dengan sikap tegas kalian, sedangkan aku hanya bisa mendukungmu…. Smoga Alloh menyertai kalian.

Monday, May 26, 2008

BBM Naik....Lagi

Akhirnya, keputusan untuk menaikkan harga BBM di Indonesia direalisasikan pemerintah. Dan memang harus dinaikkan begitu pemerintah mengumumkan kenaikan harga komoditi tersebut. Kenapa? Lah, begitu diumumkan... harga-harga barang ikutan naik. Bila harga BBM akhirnya tidak jadi dinaikkan, tetap saja harga barang tidak akan turun. Seharusnya, pemerintah tidak perlu mengumumkan rencana kenaikannya.... Kalau memang pasti naiknya, ya langsung saja naik. Jadi tidak banyak spekulan yang bermain di atas penderitaan rakyat lainnya.

Memang berat, dengan perekonomian indonesia sekarang dengan jumlah penduduk yang besar, tentu saja subsidi terasa berat. Tapi itu sudah jadi kewajiban negara, karena salah satu tujuan pendirian negara adalah untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Masalah yang muncul adalah orang-orang yang seharusnya tidak menikmati subsidi ikut juga, bahkan menikmati dalam jumlah yang besar. Katakan untuk subsidi bensin (premium), satu hari setiap pemilik kendaraan menikmati subsidi pengisian bahan bakar tersebut yang tidak sedikit lalu dijumlahkan dengan kendaraan yang ada. Harusnya yang disubsidi hanya kendaraan umum saja, kenyataannya susah untuk itu karena tidak ada SPBU khusus angkutan umum.

Keputusan pemerintah untuk mengurangsi subsidi harga barang, dan melakukan subsidi langsung ke orangnya memang bagus... sangat bagus, bila tepat sasaran. Kenyataannya, subsidi dalam bentuk BLT tersebut banyak yang salah sasaran. Lho kok bisa? Lah, iya bisa.... data-data yang dikumpulkan tidak ada yang bisa memverifikasi. Lihat saja di televisi, banyak yang mengantri BLT tersebut membawa motor. Lalu ada juga PNS, dan mungkin banyak lagi orang-orang yang tidak berhak ikut menikmati "sumbangan" pemerintah ini. Kenapa tidak menggunakan metode lain? Yang susah adalah dimanapun di negara ini..., masih ada yang mencoba untuk mengais keuntungan di tengah kesulitan. Dari dana 14 trilyun rupiah (katanya), beberapa persen dijadikan ongkos operasional. Buat apa? toh semuanya sudah bergaji? kenapa ada ongkos operasional? Belum lagi ada potongan-potongan tidak resmi yang dilakukan pada saat pencairan (atau pembagian kupon).

Ya... BBM yang naik karena harga minyak dunia yang memang sedang tinggi, adalah alasan yang tidak bisa dipungkiri. APBN pun harus direvisi agar tidak banyak mengalami defisit. Nah, di APBN (dan APBD tentunya) ada beberapa hal yang harus dikurangi bahkan kalau perlu dihilangkan, yaitu subsidi bagi para pejabat-pejabat pemerintahan (negara/daerah) dan wakil-wakil rakyat di dewan (DPR/DPRD). Lihat saja berapa puluh (mungkin ratusan) juta digunakan sebagai biaya pakaian seorang gubernur, lalu biaya perawatan rumah, kendaraan, belum ditambah dengan biaya komunikasi, dan entahlah biaya-biaya apalagi. Belum lagi biaya (insentif) rapat, biaya perjalanan (yang katanya dinas, tapi bawa keluarga), dan biaya reses (istirahat kok dibayar). Kalau hal-hal tersebut bisa dikurangi, bahkan dihilangkan, pastinya negara juga bisa bernapas lebih lega. Toh, mereka juga mendapatkan gaji yang tidak sedikit. Apakah para pejabat dan wakil rakyat ini memang termasuk dalam kategori "orang yang perlu subsidi"?

Ya mudah-mudahan, situasi ini bisa memperbaiki kualitas bangsa ini. Menjadi lebih mandiri dan tegas, tentunya juga menjadi lebih solid... tidak hanya mementingkan diri sendiri. Ayo Bangkit Indonesiaku....!!!